Masjid ini dikenal dengan nama Masjid Nabi Daniel, mengingat di dalamnya ada kuburan beliau. Ia dikuburkan di dalam masjid ini berhadapan dengan kuburan Luqmanul Hakim.
Lalu siapa Nabi Daniel ini? Dalam agama Islam, nama Nabi Daniel termasuk jarang terdengar. Hal ini mengingat Nabi Daniel tidak termasuk salah satu dari 25 nabi yang wajib diketahui. Namun demikian, para ahli sejarah mengatakan, beliau adalah seorang Nabi yang pernah hidup dan meninggal di Mesir. Nabi Daniel termasuk di antara keturunan Nabi Daud as.
Imam ats-Tsa’laby sebagaimana dikutip oleh Muhammad bin Iyas Abul Barakat al-Hifny dalam bukunya Bada’iuz Zuhur fi Waqai’ ad-Duhur (hal.192-194) menuturkan, bahwa syahdan dahulu hidup seorang raja Babil yang terkenal jahatnya yang bernama, Bakhtashir. Bakhtashir sendiri termasuk keturunan Yafuts dan Yafuts adalah putra Nabi Nuh as.
Dalam sejarahnya, Bakhtashir seorang raja yang sangat kejam. Tidak ada satupun laki-laki Bani Israil yang hidup melainkan dibunuhnya. Anak-anak dipisahkan dari orang tuanya dan dilatih untuk perang sebagian dipenjara.
Suatu saat Bakhtashir menawan banyak masyarakat, termasuk anak-anak. Di antara yang ditawan itu ada seorang anak-anak bernama Nabi Daniel. Ia ditawan dan dipenjarakan bersama dengan keturunan Nabi Ya’kub dan Nabi Yusuf, as.
Suatu hari Bakhtashir bermimpi dengan mimpi yang sangat mengejutkan dan mengagetkannya. Ia bertanya kepada para dukun dan juru ramal saat itu, akan tetapi semuanya diam, tidak dapat mengartikan mimpinya tadi.
Lalu datanglah seorang laki-laki yang pernah dipenjara bersama Nabi Daniel yang mengabarkan kepada Bakhtashir bahwa di dalam penjara ada seorang pemuda yang pandai menafsirkan mimpi. Dia adalah Nabi Daniel. Di panggilah Nabi Daniel untuk menakbirkan mimpinya itu.
Nabi Daniel dengan sangat jelas mengartikan mimpi Bakhtashir tadi. Bakhtashir pun kagum akan kehebatan Nabi Daniel. Nabi Daniel kemudian dibebaskan dari penjara dan dijadikan konsultan sekaligus guru pribadi Bakhtashir.
Kedekatan antara Bakhtashir dengan Nabi Daniel ini membuat petinggi Majusi geram. Mereka kemudian merencanakan sebuah makar untuk membunuh Nabi Daniel. Digalilah sebuah lobang besar, kemudian Nabi Daniel dimasukkan ke dalamnya bersamaan dengan binatang-binatang buas dan berbisa. Namun, setelah beberapa hari lamanya Nabi Daniel berada di lobang tersebut, Bakhtashir mendapatkan Nabi Daniel dalam keadaan sehat tidak kurang sedikitpun.
Ia pun semakin dekat dan sayang kepada Nabi Daniel. Melihat hal itu, orang-orang Majusi kembali menghasut Nabi Daniel dengan hasutan-hasutan yang jauh dari kebenaran. Di antara hasutan ini, dikatakan kepada Bakhtashir bahwa Daniel telah menyebarkan ‘aib yang tidak baik tentang Bakhtashir, yaitu bahwa Raja Bakhashir apabila tidur, selalu buang air kecil di kasur.
Hasutan ini tentu membuat Bakhtashir geram, mengingat ini merupakan cacat dan aib besar untuk seorang raja. Nabi Daniel lalu dipanggil dan diminta tidur bersamanya. Bakhtashir kemudian berkata kepada para pengawal yang bertugas menjaga pintu, bahwa kelak apabila malam tiba ada orang yang keluar kamar untuk pipis, bunuh saja dia, siapapun dia orangnya, sekalipun dia mengaku bernama saya. Para pengawal pun mengiyakannya.
Begitu malam tiba, Nabi Daniel tidak keluar, ia tidak mau buang air kecil pada malam itu. Sampai akhirnya Bakhtashir sendiri yang pertama keluar kamar untuk pipis. Setiba di pintu, para pengawal langsung menangkapnya. Bakhtashir berteriak dan berkata: “jangan bunuh, saya adalah raja kalian, Bakhtashir”.
Namun para pengawal menjawabnya dengan mengatakan: “Dusta, kamu telah berdusta, kamu bukan Bakhtashir raja kami, tapi kamu adalah orang yang mengaku-ngaku sebagai raja kami. Dan siapapun yang keluar malam pertama, maka dia harus dibunuh”. Tanpa panjang kalam, Bakhtashir pun lalu dibunuhnya. Allah menyelamatkan Nabi Daniel dan membinasakan Bakhtashir yang jahat.
Abul Barakat al-Hifny kemudian menuturkan, Nabi Daniel kemudian berangkat menuju kota Iskandariyah, dan menghabiskan sisa-sisa hidupnya untuk berdakwah di sana, bahkan meninggal dan kuburannya pun di sana.
Kuburan Nabi Daniel ini menurut al-Hifny dalam Badai’uz Zuhurnya (hal 194, 195) ditemukan pada masa Khalifah Umar bin Khatab. Saat itu ketika Iskandariyah berhasil dilumpuhkan oleh Amer bin Ash, Amer dan para tentara melihat ada tempat bersembunyi yang dikunci dengan gembok besi. Kemudian mereka membukanya, dan ternyata di dalamnya ada lobang kecil yang ditutup dengan marmer berwarna hijau yang ditutup dengan marmer berwarna hijau lainnya.
Begitu dibuka, ternyata di dalamnya ada jenazah seorang laki-laki dengan kain kafan yang ditenun benang emas, dengan badan yang sangat besar. Kejadian itu dilaporkan kepada Khalifah Umar, dan Umar segera bertanya kepada Ali bin Abi Thalib. Ali kemudian menjawab bahwa jenazah tersebut adalah jenazah Nabi Daniel.
Umar segera memerintahkan Amer bin Ash untuk mengkafani kembali jenazah tadi, dan meminta untuk dikuburkan disebuah tempat yang tidak dapat dijangkau oleh orang-orang. Amer bin Ash lalu membuatkan kuburannya lagi di kota Iskandariyah yang saat ini di atasnya dibangun sebuah mesjid, bernama Masjid Nabi Daniel.
Posted by umibadriyahhamid
Tiada ulasan:
Catat Ulasan