Sahabat Ilmu

Selasa, 2 Mac 2010

RENUNGAN UMURMU

Renungkanlah pendeknya umurmu. Andaikata engkau berumur seratus tahun sekalipun, maka umurmu itu pendek jika dibandingkan dengan masa hidupmu kelak di akhirat yang abadi, selama-lamanya.

Cuba renungkan, agar dapat istirehat selama dua puluh tahun, dalam satu bulan atau setahun engkau sanggup menanggung berbagai beban berat dan kehinaan di dalam mencari dunia. Tetapi mengapa engkau tidak sanggup menahan beban ibadah selama beberapa hari demi mengharapkan kebahagiaan abadi di Akhirat nanti?

Jangan panjang angan-angan, engkau nanti akan berat untuk beramal. Yakinilah bahawa tidak lama lagi engkau akan mati. Katakan dalam hatimu :

"Pagi ini aku akan beribadah meskipun berat, siapa tahu nanti malam aku mati. Malam ini aku akan bersabar untuk beribadah, siapa tahu besok aku mati."

Sebab, kematian tidak datang pada waktu keadaan dan tahun tertentu. Yang jelas ia pasti datang. Oleh kerana itu, mempersiapkan diri menyambut kedatangan maut lebih utama dari mempersiapkan diri menyambut dunia. Bukankah kau menyedari betapa pendek waktu hidupmu di dunia ini? Bukankah boleh jadi ajalmu hanya tersisa satu tarikan dan hembusan nafas atau satu hari?

Setiap hari lakukanlah hal ini dan paksakan dirimu untuk sabar beribadah kepada ALlah. Andaikata engkau ditakdirkan untuk hidup selama lima puluh tahun dan kau biasakan dirimu untuk sabar beribadah, nafsumu tetap akan memberontak. Tetapi ketika maut menjemput kau akan berbahagia selama-lamanya.

Tetapi jika engkau tunda-tunda dirimu untuk beramal, dan kematian datang di waktu yang engkau tidak sangkakan, maka kau akan menyesal dengan penyesalan yang tidak berpenghujung..
PETIKAN DARIPADA:
Habib AbduLLah bin Alwi al Haddad, An Nasha'ihud Diniyyah Wal Wasoya al Imaniyyah, Beirut cet 1, 1992, hal 245-246.

Tiada ulasan: